Pimpin Rakor Pendidikan Secara Virtual, Fasha Matangkan Rencana Relaksasi Bidang Pendidikan

oleh

JAMBI- Wacana pemerintah pusat menerapkan new normal untuk bidang pendidikan direspon cepat Pemerintah Kota Jambi bersama instansi terkait, yakni langsung menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) pendidikan Kota Jambi secara virtual dengan tema “Menyongsong Relaksasi di Bidang Pendidikan” di Aula Griya Mayang, Rumah Dinas Wali Kota Jambi, Rabu (25/6). Rakor sebagai persiapan awal jika kebijakan Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM) di sekolah kembali bergulir nanti.

Rapat virtual tersebut dihadiri oleh Dinas pendidikan, Dinas Kesehatan, para kepala sekolah SD dan SMP baik swasta maupun negeri. Selain itu juga dihadiri oleh pengawas sekolah. Tujuan rakor tersebut antara lain adalah meminta saran dan masukan para pemangku kebijakan di sekolah terhadap rencana relaksai pendidikan kedepan nantinya.

Wali Kota Jambi Syarif Fasha dalam rakor itu menyampaikan bahwa, Pemerintah Kota Jambi sedang melakukan kajian yang matang untuk menyusun protokol pelonggaran di dunia pendidikan. Saat ini, kebijakan pelonggaran di sektor pendidikan itu masih dalam proses pembahasan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Jambi. Sebab, mekanisme pelonggaran pembatasan di sektor pendidikan, harus digodok secara matang dan tidak terburu-buru.

“Terkait masalah KBM di sekolah kan memang masih dikoordinasikan di tingkat pusat. Tetapi pada prinsipnya, pemerintah di daerah harus siap. Makanya, kami mulai mempersiapkan segala sesuatunya dari sekarang,” ungkap Wali Kota Jambi Syarif Fasha saat memimpin Rakor Virtual terkait KBM.

Berdasarkan kajian awal Kemenko Perekonomian, KBM di sekolah dijadwalkan pada pertengahan Juli mendatang. Meski demikian, Wali Kota menyatakan KBM di sekolah untuk di Kota Jambi dimungkinkan baru dapat bergulir bersamaan tahun ajaran baru nanti. Artinya, setelah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sekitar Juli nanti. Hal itu mengemuka atas pertimbangan mepetnya jadwal dengan masa kenaikan tingkat. Selain itu juga, sekolah-sekolah diminta sudah siap memberlakukan protokol kesehatan dilingkungan sekolah.

Meski demikian, wali kota menginstruksikan untuk segera menyiapkan kebutuhan untuk KBM dengan metode New Normal ini. Terutama terkait protokol kesehatan di sekolah. Wali Kota berencana melakukan sterilisasi di gedung-gedung sekolah dengan kembali melakukan penyemprotan desinfektan. Ini penting karena akan digunakan langsung dengan banyak siswa. Ia berharap, kepala sekolah dapat menjadi leader bagi peserta didik nantinya agar taat terhadap protocol kesehatan.

Selain itu, lanjut Fasha, protokol kesehatan harus wajib dilaksanakan. Yakni, pemakaian masker, tempat cuci tangan pakai sabun, hand sanitizer, dan jaga jarak. Jam pelajaran juga akan dikurangi. Wali Kota juga menyatakan, kantin sekolah diminta untuk tidak buka dulu. Para siswa diminta bawa bekal dari rumah. Hal itu untuk menghindari kerumunan. Pelajar baiknya juga diantar jemput agar segera pulang usai KBM.

“Skema-skema ini terus dimatangkan. Saya tidak ingin sekedar masuk. Tetapi harus benar – benar harus disiapkan dan dimatangkan. Siswa hanya berada di sekolah selama 3 jam, dan dalam satu kelas diisi oleh 15 orang siswa atau setengah dari siswa ditiap kelas,” tegasnya.

Ditambahkan Fasha, pemerintah akan mencoba pada tahun ajaran baru ini siswa kembali bersekolah. Dengan catatan, dari masalah waktu akan diatur. Misalnya kelas 9 masuk dari jam 07.00 WIB pulang jam 10.00 WIB. Sementara untuk kelas 8 masuk jam 08.00 WIB, pulang jam 11.00 WIB, dan kelas 7 masuk jam 10.00 WIB pulang jam 12.00 WIB.

“Ini lagi dibuat formulasinya. Untuk SD hanya dibolehkan kelas 4, 5 dan 6, waktunya juga akan disesuaikan,” katanya.

Kata Fasha, kegiatan ini sifatnya hanya uji coba. Sehingga tidak ada kewajiban anak atau orangtua yang mewajibkan anaknya untuk bersekolah. Bagi orangtua yang belum siap anaknya sekolah, tidak disarankan datang ke sekolah. Tapi, bagi orangtua yang sudah siap diperbolehkan datang ke sekolah.

“Kenapa ini kami berlakukan, karena ada ratusan anak-anak tidak mampu yang tidak bisa melaksanakan sekolah secara online. Contohnya ditingkat SMP itu ada sekitar 500 anak yang tidak bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) secara online. Karena mereka tidak memiliki gadget apalagi laptop. Makanya minimal yang tidak memiliki peralatan online ini bisa ke sekolah untuk proses belajar di sekolah, tapi tidak ada paksaan,” katanya.

Akan tetapi, dalam proses waktu berjalan, rencana ini akan kembali dievaluasi. Jika berjalan lancar dan tidak ada kendala, bagi orangtua siswa yang ragu atau tidak percaya anaknya ke sekolah, maka akan percaya anaknya untuk datang ke sekolah.

“Tapi perlu diingat kembali, ini tidak ada paksaan, orangtua yang siap silahkan, yang tidak siap, jangan. Sekolah tetap akan memberlakukan sekolah online dan ada tatap muka,” tambahnya.

Ditambahkan oleh Plt Kepala Dinas Pendidikan Kota Jambi, Mukhlis mengatakan bahwa ia meminta kerjasama dengan seluruh sekolah yang ada. Sekolah diminta tetap berkomunikasi dengan instansi terkait seperti dinas kesehatan dan pendidikan jika dalam pelaksaan relaksasi ini menemui kendala.

“Kita minta keseriusan dan kekompakan sekolah yang ada, baik negeri maupun swasta, tetap berkoordinasi,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi, Ida Yuliati berharap kepala sekolah mampu mendisiplinkan protokol kesehatan dilingkungan masing-masing. Selain itu juga mampu memberikan kesadaran kepada siswa tentang protocol kesehatan. Dinas kesehatan mendukung kegiatan bertatap muka kepada anak didik.

“Karena hanya 3 jam, secara protokol kesehatan bisa dilaksanakan,” katanya.

Menanggapi rencana relaksasi bidang pendidikan ini, Kepala Sekolah SMPN 19 Kota Jambi, Nanang Sunarya mengatakan bahwa sekolahnya sudah siap dan akan mentaati protokol kesehatan. Rencana pemerintah untuk melakukan relaksasi bidang pendidikan ini, akan membuat mental dan kepercayaan siswa kembali terbangun.

“Ini sudah kami ujicoba juga dengan menyuruh siswa datang ke sekolah saat memulangkan buku dan mengambil nilai rapor. Kita buatkan jadwal siswa dan orangtua yang akan hadir ke sekolah, sehingga tidak terjadi kerumunan,” katanya.

Nanang mengatakan bahwa sekolah juga perlu diberikan pemahaman terkait jika adanya gejala-gejala ada siswa yang tidak sehat, maka tidak diwajibkan datang ke sekolah. Selain itu, jika dalam proses KBM nanti ada siswa yang sakit, maka akan ditangani lebih dulu ke UKS, selanjutnya di bawa ke pusat kesehatan terdekat.

“Ini juga perlu diberikan pemahaman bagi setiap sekolah,” tambahnya.

Sementara itu, Haliludin, salah seorang Pengawas Sekolah menyimpulkan bahwa dari hasil rapat tersebut sebagian besar sekolah sudah siap memberlakukan relaksasi di bidang pendidikan. “Jadi menurut kami bisa dilaksanakan, dengan tetap mengacu protokol kesehatan,” katanya.

About Post Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *